Senin, 23 November 2009

Ilmu Komunikasi Visual

Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah fenomena yang unik yang melingkupi kehidupan manusia. Keunikannya bukan hanya pada fenomena komunikasinya itu sendiri yang tampak sederhana tapi memiliki kompleksitas yang luar biasa, namun juga pada dimensi-dimensinya yang meliputinya yakni mencakup semua aspek kehidupan manusia baik psikologis, sosial, kultural, politik, ekonomi dan teknologi sehingga banyak pengertian yang dibuat mengenai komunikasi, tergantung dari perspektif yang digunakan dalam membangun pengertiannya itu. Dalam hubungan antar persona komunikasi dapat berarti pencitraan di antara individu yang terlibat dalam komunikasi, dapat juga berarti diskusi antar kolega dalam sebuah pertemuan atau rapat, dapat juga berarti ungkapan perasaan di antara orang yang bercinta. Dalam tataran kelembagaan komunikasi dapat berarti media massa yang mencangkup radio, televisi, surat kabar, majalah dan film. Atau dapat juga dikaitkan dengan perangkat lainnya seperti computer, telephone, satelit, komando dan pengawasan militer. Komunikasi dapat juga berarti sinyal-sinyal yang mengandung arti, kode morshe, teater, senyuman, ciuman, bahasa dan sebagainya. Tidak mengherankan kalau istilah komunikasi ini menjadi bahan perdebatan dalam hal pemaknaannya.
Penggunaan yang demikian beragam atas istilah komunikasi membuat banyak orang menjadi bingung. Apakah ini berarti segala sesuatunya adalah komunikasi (is everything communication?), ataukah karena keberadaan komunikasi yang berada dimana-mana (is communication anywhere?). Hampir tidak ada yang menyangkut pada kehidupan ini terlepas dari komunikasi. Waktu bangun kita, dan dalam tidur kita. Waktu diam kita dan dalam mimpi kita. Semua yang terbersit dalam hati dan pikiran kita, dan semua rangsangan fisik yang menerpa indera kita, sepanjang memiliki arti dan mengisyaratkan sesuatu baik dimengerti ataupun tidak dimengerti itu berarti komunikasi.
Demikian juga dimanapun kita berada, di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat umum, atau dimanapun kita, tidak dapat terlepas dari simbul-simbul komunikasi baik verbal maupun visual. Bahkan dalam satu penelitian dikatakan bahwa 70 % waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi (Rakhmat, 1993). Itupun mungkin belum termasuk komunikasi intra persona dan atau komunikasi transendental. Dengan demikian komunikasi disadari atau tidak disadari merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena ia merupakan salah satu aktifitas yang setiap manusia melakukannya tapi sangat sedikit yang memahaminya dengan baik (Fiske, 1990).
Namun sebagaimana halnya dengan bernafas, karena melekat pada diri setiap individu dan menjadi sebuah keniscayaan, komunikasi seringkali kurang mendapatkan perhatian. Padahal baik bernafas ataupun komunikasi dapat menentukan kualitas kehidupan setiap penyandangnya. Banyak persoalan dan kesalah mengertian diakibatkan oleh buruknya kualitas komunikasi, bahkan perkembangan dan kesehatan mental seseorang dapat dilihat dari komunikasinya. Lalu apa sebenarnya komunikasi itu di antara berbagai pengertian yang tampak berbeda.
Tidak ada cara lain dalam menetapkan pengertian komunikasi kecuali dengan membuat batasannya dengan merumuskan definisinya, meski itu juga tetap akan menimbulkan keragaman dalam pendefinisiannya karena sebagaimana dikemukakan Litllejohn (2008) “…communication is not easy to define”. Namun setidaknya ada sebuah pedoman yang dapat dijadikan pegangan dalam memahami komunikasi. Untuk itu perlu kiranya memahami terlebih dahulu pengertian tentang definisi.

Definisi Komunikasi

Definisi secara bahasa adalah merupakan sebuah tindakan menetapkan, membuat penetapan, membuat berbeda, atau membuat suatu menjadi jelas. Secara konsepsual definisi adalah sebuah pernyataan resmi tentang makna atau arti sebuah kata atau ungkapan. Di sini kata atau ungkapan yang didefinisikan disebut dengan definiendum, dan kata yang mendifinisikannya disebut dengan definiens. Ada dua jenis definisi yang dikenal yakni definisi deskriptif dan definisi stipulatif. Definisi yang bersifat deskriptif merupakan definisi yang merujuk pada istilah atau makna yang digunakan secara umum, misalnya “benar” atau “salah” yang dapat dibandingkan dalam penggunannya. Sedangkan definisi yang bersifat stipulatif adalah definisi yang merujuk pada istilah dengan makna khusus yang digunakan untuk tujuan atau wacana yang ingin dikembangkan. Dengan demikian definisi stipulatif memberikan makna baru dari kata atau phrase yang sudah digunakan. Misalnya “ulama” yang secara deskriptif menggambarkan seorang alim ahli ilmu dalam bidang agama, akan tetapi pada perkembangannya secara stipulatif menjadi semua cerdik pandai dari berbagai disiplin ilmu sebagai ahli ilmu atau ulama.
Dalam hal komunikasi, untuk memberikan batasan pengertian atau definisinya perlu terlebih dahulu menetapkan cakupan dimensi komunikasi yang menjadi titik tolak dalam memberikan batasan pengertian atau definisinya.

Dari batasan pengertian sebagaimana dimaksudkan mengenai definisi dan faktor yang mempengaruhi sebuah pendefinisian, maka dapatlah dimengerti kalau kemudian banyak ditemukan aneka definisi tentang komunikasi. Mungkin satu definisi berbeda dengan definisi lainnya, bahkan mungkin terkesan kontradiktif. Namun itu sesungguhnya hanya mencerminkan cakupan atau sudut pandang yang digunakan dalam mendifinisikan

Komunikasi Sebagai Ilmu
Komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu dapat dikatakan masih relatif muda di banding dengan ilmu-ilmu lain seperti sejarah, sosiologi, ataupun ilmu-ilmu sosial lainnya. Kenyataan ini dapat ditelurusi dari apa yang dikemukakan oleh Litllejohn (1989) yang menyatakan “communication is still a young dicipline,…”. Mudanya komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu dikarenakan kajian-kajian komunikasi secara ilmiah baru dimulai pada akhir dekade 1930 an, dan muncul sebagai disiplin akademik baru pada akhir dekade 1940 an dengan terbentuknya Institut Penelitian Komunikasi (Institute of Communication Research) (Hardt, 1992).
Merunut akar sejarahnya komunikasi sebagai sebuah fenomena dalam aktifitas kehidupan manusia sudah dikenal lama sejalan dengan keberadaan manusia itu sendiri, karena dalam kehidupannya manusia memerlukan komunikasi sebagai sarana perhubungan dalam berinteraksi dengan sesama atau lingkungannya. Komunikasi berkembang sebagai sebuah ketrampilan oral dan scribal sejak masa sebelum adanya sejarah ( pre historic era) pada masyarakat yang hidup secara komunal (tribal age). Sejak masa itulah komunikasi tumbuh sebagai sebuah pengetahuan dalam ranah kehidupan sosial masyarakat. Tapi pengetahuan bukanlah merupakan ilmu. Untuk dapat dikatakan sebagai ilmu atau menjadi ilmu pengetahuan; suatu pengetahuan haruslah memiliki syarat-syarat ilmiah. Di antara syarat-syarat ilmiah adalah pengetahuan tersebut bersifat empiris, dapat diverifikasi, tidak bersifat normatif, dapat ditransmisikan, bersifat umum, dan dapat dijelaskan. Selain itu secara filosofi juga memiliki aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Secara metodologis ia harus memiliki objek kajian dengan lokus dan fokus tertentu, mempunyai metode dan bersifat sistimatis.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, komunikasi mulai dikembangkan pada akhir abad 19 di Eropa yang memfokuskan pada kajian tentang pers. Meskipun banyak ahli sejarah komunikasi yang menyandarkan akar sejarah perkembangan ilmu komunikasi pada aktifitas retorika pada masa Yunani Kuno sekitar 1000 tahun sm, namun kajian komunikasi awal utamanya adalah yang berkaitan dengan kajian pers. Pers atau persuratkabaran mulai menarik perhatian para ahli tahun 1884 sebagai sarana ekspresi. Studi tentang pers pertama kali muncul dengan nama zeitungkunde di Universitas Bazel di Swiss yang meilhat pers sebagai sebuah ketrampilan. Namun ketika pers berinteraksi dengan masayarakat dan tidak semata-mata sebagai sarana ekspresi, namun juga terkait dengan pembentukan pendapat umum, maka kajian tentang pers pada tahun 1925 berkembang menjadi ilmu persuratkabaran (zeitungwissenchaft). Tapi seiring dengan ditemukannya radio, televisi, dan film sebagai sarana komunikasi, maka sarana penyampaian informasi dan pembentukan pendapat umum menjadi semakin luas. Pada tahun 1930 untuk menampung dinamika perkembangan komunikasi nama zeitungwissenchaft dirubah menjadi publiziztik yang mencangkup pers, radio, televisi, film, propaganda, dan retorika. Sementara untuk di Amerika kajian yang sama dinamakan dengan kajian komunikasi massa yang berkembang dari kajian tentang jurnalistik yang sebelumnya hanya merupakan kajian teknis tentang ketrampilan dalam kegiatan pers.

Objek Kajian Ilmu Komunikasi
Dengan berkembangnya cakupan kajian komunikasi, maka objek kajian komunikasi tidak lagi hanya terbatas pada masalah pers atau suratkabar yang dikenal dengan ilmu pers atau jurnalistik, atau yang menyangkut dengan media komunikasi massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film, atau pernyataan umum (publisistik). Akan tetapi mencakup pada seluruh pernyataan antar manusia baik pernyataan langsung antar pribadi ataupun dengan menggunakan media. Dengan menggunakan model komunikasi yang diformulasikan oleh Harold D. Laswel, maka objek kajian komunikasi mencangkup :
• Kajian tentang penyampai pesan (sender)
• Kajian tentang isi pesan (message)
• Kajian tentang penerima pesan (receiver)
• Kajian tentang media penyampai pesan (media communication)
Sejarah komunikasi
Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan. [1].
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri. Mencari teori komunikasi yang terbaik pun tidak akan berguna karena komunikasi adalah kegiatan yang lebih dari satu aktivitas. Masing-masing teori dipandang dari proses dan sudut pandang yang berbeda dimana secara terpisah mereka mengacu dari sudut pandang mereka sendiri.
Proses komunikasi
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Komunikasi visual, sesuai namanya, adalah komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual menkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar